Beras basmati, berpenampakan panjang dan wangi yg menjadi bahan baku pembuatan masakan Nasi Kebuli Biryani dll tengah menjadi idola di kalangan penikmat masakan timur tengah. Namun ketersediaanya selama ini dicukupi hanya dari Impor. Dengan harga cukup fantastis berkisar 38 – 60 ribu rupiah per kilogramnya.
Kementerian Pertanian pada pertengahan Februari nanti akan merilis varietas beras basmati asli Indonesia. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah berhasil menciptakan varietas beras basmati yang dapat ditanam di dataran rendah, tanpa menghilangkan ciri khas ukuran beras basmati yang lebih panjang dibandingkan beras pada umumnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, mengatakan penemuan varietas basmati asli Indonesia ini adalah sesuatu yang spesial dan unik, serta memiliki potensi ekspor yang besar. Beras basmati selama ini dikenal sebagai beras aromatik asal India yang memiliki tekstur khas dan hanya bisa dibudidayakan di dataran tinggi.
Menurut Syukur, bila dibandingkan dengan beras basmati dari India, produktivitas beras yang dihasilkan oleh BB Padi ini jauh lebih tinggi, mencapai 8,2 ton per hektare. Sementara varietas basmati India hanya sekitar 5,6 ton per hektare.
“Dengan spesifikasi ini, kita bisa melampaui produksi basmati di India. Ini semakin membuktikan beras kita sangat layak ekspor,” kata Syukur saat berkunjung ke BB Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Rabu (16/1).
Menurut keterangan Kepala BB Padi, Priatna Sasmita, pengembangan varietas basmati di Indonesia ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun. Ketika awalnya benih dibawa langsung dari Pakistan dan diuji coba di kebun percobaan BB Padi, benih tersebut tidak bisa dibudidayakan karena tidak adaptif dengan lahan di Indonesia.
“Beruntung kita memiliki pemulia tanaman yang tidak hanya pintar dan ulet, tapi juga memiliki kesabaran. Sehingga akhirnya kita bisa memiliki beragam varietas yang bisa ditanam di berbagai kondisi lahan,” puji Syukur.
Varietas baru itu akan dinamai BAROMA atau Beras Basmati Aromatik. Produk ini sudah sudah menarik minat para investor, termasuk dari kawasan Timur Tengah. “Investor sudah sangat siap untuk menanamkan modal. Timur Tengah permintaannya unlimited. Pemerintah provinsi Kalimantan Tengah juga sudah menyiapkan lahan sekitar 300.000 hektare yang bisa ditanami varietas benih unggul padi kita,” ungkapnya.
Selain beras basmati, ujar Syukur, BB Padi pada waktu yang sama juga akan meluncurkan sejumlah varietas baru untuk beras jenis khusus lainnya, yaitu beras hitam dan beras merah aromatik. Sebelumnya, BB Padi juga telah berhasil mengembangkan beras japonika, yaitu beras khas asal Jepang yang biasa digunakan untuk makanan sushi.
Varietas yang dinamai TARABAS itu tidak hanya menggantikan beras impor asal Jepang di restoran Jepang dan Korea yang ada di Indonesia, tapi juga sudah mulai diekspor untuk mengisi pasar luar negeri. “Sepanjang tahun 2018, kita sudah mengekspor beras TARABAS sebanyak 3.100 ton. Tahun 2019 ini kita mentargetkan kenaikan 40 persen,” ujarnya.
BB Padi selama ini menjadi andalan Kementan sebagai lembaga riset di bidang pengembangan varietas padi, dan hadir untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan dalam budi daya padi. BB Padi juga telah diakui oleh lembaga internasional IRRI (International Rice Research Institute).
Untuk mendukung penelitian tanaman padi, BB padi memiliki kebun percobaan yang tersebar di sejumlah wilayah, yaitu Sukamandi seluas 300 hektare. Kemudian di Pusakanegara 40 ha, Kuningan 40 ha, dan Muara Bogor 30 ha. “BB Padi menghasilkan varietas unggul benih (VUB) baik untuk spesifik lokasi dengan hasil tinggi maupun antisipasi global warming,” jelasnya. (591)