Pestisida Nabati sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. Pestisida nabati digolongkan menjadi pestisida alami yang bahan bakunya mudah diperoleh di sekitar kita. Secara global terdapat lebih daru 1500 jenis tumbuhan dan telah dilaporkan dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pestisida nabati. Sedangkan di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati dan diperkirakan ada 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili. Tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida memiliki ciri beraroma kuat, rasa yang pahit, tidak disukai serangga hama dan dapat digunakan sebagai tanaman obat. Dalam tulisan ini akan di ulas beberapa tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati.
A. Cara Kerja Pestisida Nabati
Pestisida organik dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal (Pasetriyani, 2009).
Cara kerja pestisida organik sangat spesifik, yaitu :
- Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
- Menghambat pergantian kulit
- Mengganggu komunikasi serangga
- Menyebabkan serangga menolak makan
- Menghambat reproduksi serangga betina
- Mengurangi nafsu makan
- Memblokir kemampuan makan serangga
- Mengusir serangga
- Dapat menghambat perkembangan patogen penyakit
B. Jenis – jenis Pestisida Nabati
Pestisida Nabati ada yang bersifat sebagai insektisida nabati dan Fungisida Nabati. Insektisida Nabati ialah setiap bahan kimia (metabolit sekunder) tumbuhan yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik fisiologi maupun tingkah laku pada serangga hama dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama.
Keuntungan Menggunakan Pestisida Nabati :
- Dapat menciptakan lingkungan yang aman dari bahan kimia dan menghasilkan produk segar utama juga produk turunan dari komoditas perkebunan yang sehat dan aman untuk di konsumsi
- Aman bagi manusia, hewan karena bahan aktif yang digunakan mudah terurai di alam (biodegradable)
- Tidak menyebabkan residu dan aman cemaran di air dan tanah
- Pemakaian dengan dosis tinggi sekalipun masih relatif aman
- Tidak mudah menyebabkan resistensi hama
- Kesehatan tanah lebih terjaga dan dapat meningkatkan bahan organik tanah
- Keberadaan musuh alami dapat dipertahankan
Jenis pestisida nabati ini residunya mudah terurai (biodegradable) di alam dan mudah hilang serta dapat dibuat dengan biaya yang murah sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan ternak (Kardinan, 2008). Pestisida ini berbahan aktif tunggal dan majemuk dapat berfungsi sebagai penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak (repellent), penarik (atractant), menghambat perkembangan, menurunkan keperidian, pengaruh langsung sebagai racun dan mencegah peletakkan telur. Di alam terdapat lebih dari 1000 spesies tumbuhan yang mengandung insektisida lebih dari 380 spp (zoologi dan botani) mengandung zat pencegah makan (antifeedant), lebih dari 270 spp mengandung zat penolak (repellent), lebih dari 35 spp mengandung akarisida dan lebih dari 30 spp mengandung zat penghambat pertumbuhan (Susetyo et al.,2008).
Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati :
1. Tembakau (Nicotiana tabacum)
- Mengandung nikotin (racun syaraf)
- Efektif terhadap berbagai jenis serangga
- Bersifat racun bagi manusia
2. Piretrum (Tanacetum cinerariifolium)
- Mengandung Piretrin, Sinerin, dan Jasmolin yang bersifat racun syaraf
- Efektif terhadap berbagai jenis serangga
- Aman bagi hewan menyusui
- Bersifat racun terhadap ikan
3. Tuba (Derris elliptica)
- Mengandung Rotenon, Deguelin, Tefrosin yang merupakan racun respirasi sel
- Efektif terhadap berbagai jenis berbagai jenis serangga
- Beracun terhadap ikan
4. Mimba (Azadirachta indica)
- Mengandung senyawa aktif azadiracthin, meliantriol dan salanin
- Efektif sebagai antifeedant bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) yang bersifat sistemik.
- Memiliki spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) dan juga dapat mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif.
5. Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
- Mengandung bahan aktif adalah alkaloid, saponin, flavonoid
- Bagian daun mempunyai sifat bioaktifitas sebagai insektisida, antinematoda, antibaketrial dan dapat digunakan sebagai penghambat perkembangan organisme. Berikut adalah tabel percobaan mengenai ekstrak babandotan dalam pengendalian hama Ulat Api (Setothosea asigna).
6. Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb)
- Mengandung rotenone dan pachyrizid
- Merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem syaraf yang bekerja perlahan, penghambat majan (antifeedant)
7. Sambiloto (Andrographis paniculata)
- Mengandung senyawa andrographolide, saponin, flavonoid, alkaloid, tannin, lactone, panikulin, kalmegin dan hablur kuning
- Cara kerjanya dengan bersifat penolak (repellent)
8. Serai Wangi (Cymbopogon nardus (L).)
- Mengandung minyak atsiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol dan dipentena. Kandungan yang paling besar adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan graniol sebesar 35 – 40%
- Mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant), penolak (repellent) dan bersifat insektisida, bakterisida dan nematisida
9. Sirih (Piper betle)
- Senyawa yang terkandung dalam sirih antara lain minyak atsiri (eugenol, methyl eugenol, karvakrol, kavikol, alil katekol, kavibetol, sineol, estragol), karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino.
- Bersifat insektisida
10. Sirsak (Annona muricata)
- Senyawa yang terkandung dalam sirsak antara lain senyawa tannin, fitosterol, ca-oksalat, dan alkaloid murisine
- Bersifat sebagai insektisida, racun kontak, repellent dan penghambat makan (antifeedant).
Penulis : Indriana Saraswati dan Nilam Sari Sardjono
Daftar acuan :
Kardinan A. 2008. Pengembangan Kearifan Lokal Pestisida Nabati. Jakarta : Sinar Tani
Pasetriyani, (2010). Pengendalian Hama Tanaman Sayuran Dengan Cara Murah, Mudah, Efektif Dan Ramah Lingkungan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. (2)1: 34-42.
Susetyo, T. Ruswandi dan Etty Purwanti, 2008. Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Ramah Lingkungan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Jakarta, 83 halaman.