Sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian lingkungan, penggunaan bahan-bahan organik diyakini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Hal ini juga dapat mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan. Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian.
Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Pentingnya menjaga kesehatan bagi sebagian besar masyarakat merupakan sebuah peluang besar bagi kelompok masyarakat untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Salah satunya melalui penyediaan pangan sehat (organik).
Mengonsumsi pangan sehat merupakan metode pencegahan penyakit yang efektif. Dikarenakan pangan sehat memberikan asupan nutrisi yang kaya akan vitamin dan mineral serta antioksidan yang berperan sebagai barier atau pertahanan terhadap berbagai penyakit yang hendak menyerang tubuh.
Mahasiswa mengajak masyarakat untuk membuat pupuk organik cair yang berasal dari air limbah kolam ikan lele. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan teknologi budidaya tanaman toga.
Tanaman obat keluarga (toga) merupakan tumbuhan atau tanaman yang sangat dibudidayakan baik di halaman, pekarangan rumah ladang atau kebun sebagai bahan pengobatan penyakit.
Tanaman obat keluarga (toga) dimanfaatkan masyarakat sebagai obat karena memiliki kandungan atau zat aktif yang berfungsi dalam mencegah serta mengobati penyakit. Baik itu penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca maupun penyakit lainnya.
Pertumbuhan tanaman toga membutuhkan nutrisi guna menjaga kesuburan pada tanaman yaitu dengan cara pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dengan pemupukan yang benar dan rutin akan menghasilkan tanaman yang subur. Jenis pupuk pun beragam misalnya pupuk organik dan pupuk non organik, sesuai dengan kebutuhan tanaman masing-masing.
Namun, beberapa orang lebih memilih pupuk organik, karena tidak memiliki kandungan kimia di dalamnya. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Bahkan, pupuk organik ini bisa dibuat dengan menggunakan beberapa bahan di dalam rumah, mulai dari cangkang telur, kulit pisang, air bekas cucian beras, dan lain-lain. Bahan ini memiliki berbagai kandungan yang bisa menyuburkan tanaman.
Di lingkungan sekitar, sering dijumpai limbah-limbah, contohnya seperti limbah pabrik maupun sampah dari masyarakat. Saat mendengar kata limbah, kebanyakan mengira bahwa tempat yang terkena limbah pasti kotor, menjijikkan, bahkan merusak lingkungan. Namun, berbeda dengan air limbah kolam ikan lele yang mempunyai manfaat dalam pertumbuhan tanaman khususnya pada tanaman toga.
Tim Abdimas Umsida mencoba membuat pupuk organik cair yang berasal dari air kolam ikan lele, sebab limbah pembuangan air ikan lele kebanyakan hanya terbuang sia-sia. Air limbah ikan lele tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair pada tanaman, karena di dalam air limbah ikan lele tersebut mengandung unsur hara Nitrogen dan Pospor yang paling dominan.
Selain itu, kandungan yang terdapat pada limbah air ikan lele yaitu: NH3, NO3, NO2, C-organik, dan rata-rata memiliki pH 7-8. Dalam pembuatan pupuk organik cair ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 14 hari untuk proses fermentasi.
Proses fermentasi berguna untuk mengurai bahan-bahan organik yang ada di dalam kotoran menjadi unsur hara yang stabil dan mudah diserap oleh tanaman. Fermentasi juga berguna untuk membunuh bakteri jahat dan pathogen yang berada di dalam kotoran. Kedua mikroorganisme tersebut dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman.
Kemudian, Tim Abdimas melakukan pemupukan pada tanaman toga di Desa Cangkring setelah proses fermentasinya selesai. Hal ini bertujuan untuk membuat tanaman toga menjadi tumbuh lebih subur. “Orientasi pembuatan produk selain bernilai ekonomi, adalah manfaat estetika dan lingkungan, serta menunjang program masyarakat untuk membudayakan konsumsi bahan pangan sehat dan meminimalisasi penggunaan bahan kimiawi dalam proses produksi tanaman,” tutur mahasiswa KKN-P.
Adapun cara pembuatan pupuk organik cair tersebut yaitu dengan menyiapkan air limbah ikan lele, Effective Microorganisme (EM4) dan gula jawa. Larutkan gula jawa terlebih dahulu kemudian campurkan pada air limbah ikan lele dengan ditambahkan Effective Microorganisme (EM4).